Seminar Peringatan Tsunami Bahas Arsip Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan

Banda Aceh – Seminar dalam rangka peringatan tsunami ke 17 yang digelar oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh bekerjasama dengan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), dan Universitas Syiah Kuala (USK) membahas tentang pentingnya arsip sebagai sumber ilmu pengetahuan, terutama arsip tsunami yang dapat dijadikan sebagai rujukan penelitian untuk mitigasi bencana serta edukasi bagi masyarakat tentang bencana. 

Seminar yang dilaksanakan secara daring dan luring di Gedung AAC Dayaan Dawood, Selasa 21 Desember 2021 tersebut menghadirkan narasumber dari Iwate Tsunami Memorial Museum Jepang, Osamu Fujisawa, dari Tohoku University Japan, Sebastien Penmellen Boret dan Akihiro Shibayama, Anggota Komisi III DPR RI, M. Nasir Djamil, Kepala Kejaksaaan Tinggi Aceh yang diwakili oleh Koordinator Kejati Aceh, Mohammad Anggidigdo, Kapolda Aceh yang diwakili oleh Kasubag Minopsnal Bagbinopsnal Ditreskrimum Polda Aceh, Kompol M Husin dan dari Tsunami Disaster Mitigation Research (TDMRC), Dr. Alfi Rahman.

Gubernur Aceh dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, Dr. Edi Yandra, S.STP, MSP mengatakan, arsip tsunami Aceh merupakan hal yang penting, dan perlu terus dijaga, dimana arsip tersebut merupakan bukti sejarah sekaligus bahan pembelajaran bagi para peneliti.

“Arsip Tsunami telah diakui oleh UNESCO, oleh itu sudah menjadi kewajiban kita untuk terus menjaganya, agar kita dapat mengambil pembelajaran dari hal tersebut dan juga bagi generasi nantinya,” ujar Dr. Edi Yandra, S.STP, M.SP.

Sementara itu Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Imam Gunarto dalam sambutannya menyampaikan, kegiatan seminar peringatan tsunami ke 17 sangat penting, karna banyak hal yang dapat dipelajari dari sebuah kejadian bencana.   Bencana-Bencana yang pernah terjadi di masa lalu seperti erupsi gunung Krakatau, bencana pada masa VOC dan Kolonial, Pandemi, dan Tsunami semuanya terekam dalam arsip.  Arsip-arsip tersebut dapat dijadikan sumber ilmu pengetahuan, salah satunya adalah arsip Tsunami yang saat ini sudah diakui oleh UNESCO sebagai Memory of The World. 

Arsip-Arsip tsunami kata Imam Gunarto menyimpan banyak informasi tentang pembangunan pasca tsunami tidak hanya tentang pembangunan infrastruktur, tetapi juga pembangunan sosial, ekonomi, budaya, agama, sistem peringatan dini serta teknologi terkait kebencanaan.  Untuk itu, arsip – arsip tsunami dapat dijadikan sebagai rujukan sumber ilmu pengetahuan terutama terkait dengan kebencanaan. 

Pada kesempatan tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno dalam sambutannya melalui rekaman video menyampaikan bahwa, peristiwa gempa dan tsunami Aceh telah membuka mata kita tentang pentingnya teknologi sistem peringatan dini. 

Meskipun demikian, Sandiaga Uno menilai sistem peringatan dini saja tidaklah cukup. Berkaca dari bencana Gunung Semeru, yang meskipun sudah ada peringatan dini tetap saja masih menimbulkan banyak korban jiwa.

Untuk itulah, Sandiaga Uno sangat mendukung kegiatan seminar tentang tsunami, sebab menurutnya, upaya pencegahan dan mitigasi seperti ini perlu terus ditingkatkan dan tidak cukup dari sisi pemutakhiran teknologi saja, tapi juga membangun budaya kesiapsiagaan melalui koordinasi yang solid, baik dari pemerintah dan elemen masyarakat untuk bersama-sama mengkampanyekan budaya sadar bencana.

Sementara itu, dalam diskusi yang dipandu oleh Yarmen Dinamika, para narasumber membahas tentang pentingnya arsip sebagai rujukan baik itu dalam bidang hukum, politik dan penelitian. Selain itu, juga dibahas tentang perlunya memperkuat kerjasama antara Universitas Tohoku Jepang, Universitas Syiah Kuala dan Arsip Nasional RI dalam rangka memaksimalkan pemanfaatan arsip sebagai sumber rujukan penelitian, termasuk kerjasama dengan Iwate Tsunami Memorial Museum.  

Share