Minat baca masyatakat Aceh terutama para generasi muda dinilai masih rendah. Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh Drs. Mustafa saat memperingati hari kunjung perpustakaan dan budaya minat baca yang diselenggarakan di gedung Perpustakaan Aceh, Lamnyong, Banda Aceh (18/10/2016).Ia menilai, minat baca para generasi muda di Aceh masih sangat rendah, karena masyarakat belum sadar bahwa membaca merupakan sumber ilmu pengetahuan sekaligus membuka jendela dunia.
Berdasarkan data dari Majalah Organization For Economic Cooperation and Development (OECD) tahun 2009 Menempatkan Minat Baca Bangsa Indonesia pada posisi terendah dari 52 negara di Asia Timur.
“Generasi muda Aceh saat ini lalai dengan internet, sibuk dengan dunia maya, sosmed, lalai di warung-warung kopi, sehingga sudah tidak sempat lagi untuk membaca,” ujar Mustafa.
Disisi lain ia juga menilai, saat ini perpustakaan hanya dipandang sebelah mata oleh masyarakat, sehingga fungsi perpustakaan saat ini tidak dimanfaatkan dengan maksimal.
“Kita berharap masyarakat supaya mengetahui fungsi perpustakaan, karena tidak semua materi ilmu kita peroleh dari internet, sehingga saya minta kepada para generasi muda harus merevolusi pola pikir dan mental untuk membaca,” sebutnya.
Ia juga mengatakan, sarana dan prasarana diperpustakaan Aceh dinilai masih belum maksimal, seperti mobil perpustakaan keliling dan buku-buku yang masih belum lengkap.
“Saya kira Pemerintah Aceh juga perlu memperhatikan permasalahan ini untuk menjadi penunjang para mahasiswa dan pelajar dalam menimba ilmu,”.
“Disamping itu peran orang tua dinilai juga sangat penting untuk meningkatkan minat baca secara dini, dan kita juga perlu memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk sadar betapa pentingnya membaca,” tutup Mustafa.
Pada Acara ini pula turut diberikan hadiah kepada Pemenang Raja & Ratu Baca 2016, Pengunjung Terajin Termuda & Tertua, Pengujung Teraktif Serta Pustakawan Berprestasi, Perpustakaan Gampong dan Perpustakaan Sekolah Terbaik.